API (Application Programming Interface) menjadi tulang punggung dari aplikasi modern, memungkinkan integrasi data dan fungsi antara berbagai sistem. Namun, API juga menjadi salah satu target favorit para pelaku serangan siber. 

Exploit API adalah teknik penyerangan yang memanfaatkan celah keamanan pada API untuk mendapatkan akses tidak sah, mencuri data, atau bahkan merusak infrastruktur.

Pada 2025, diperkirakan bahwa lebih dari 90% aplikasi modern akan sangat bergantung pada API untuk fungsionalitas utama mereka. 

Dengan popularitasnya yang terus meningkat, API menjadi "pintu gerbang" bagi serangan siber canggih. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang ancaman eksploitasi API, celah yang sering dimanfaatkan, serta strategi mitigasi risiko untuk melindungi API Anda.

 

Mengapa API Menjadi Target Utama di 2025

Di era digital saat ini, API adalah penghubung utama antara aplikasi dan layanan. Namun, ketergantungan ini juga menjadikannya target empuk bagi penyerang. Berikut adalah beberapa alasan mengapa API menjadi target utama pada 2025:

1. Pertumbuhan Eksponensial Penggunaan API

Menurut laporan Postman State of API 2023, ada lebih dari 90 juta API aktif di seluruh dunia. API digunakan oleh perusahaan teknologi besar, fintech, e-commerce, hingga startup kecil. Dengan pertumbuhan yang pesat ini, jumlah API yang kurang terlindungi juga meningkat, memberikan peluang besar bagi para penyerang.

2. Eksposur Publik API

Banyak API dirancang untuk diakses secara publik, seperti API REST dan GraphQL. Eksposur ini memudahkan penyerang untuk mengidentifikasi dan mengeksploitasi celah keamanan, terutama jika API tidak dilengkapi dengan validasi input atau otorisasi yang memadai.

3. Kompleksitas Infrastruktur API

Dengan meningkatnya adopsi teknologi seperti microservices, API sering menjadi bagian dari infrastruktur yang kompleks. Kompleksitas ini dapat menciptakan celah keamanan yang sulit dideteksi, sehingga memberikan peluang bagi serangan seperti injection dan brute force.

 

Celah Keamanan pada API REST dan GraphQL

API REST dan GraphQL adalah dua arsitektur yang dominan dalam pengembangan aplikasi modern. Meskipun keduanya menawarkan fleksibilitas dan kemudahan integrasi, mereka juga memiliki celah keamanan yang sering dimanfaatkan oleh penyerang. 

Memahami kerentanan ini adalah langkah krusial dalam memperkuat pertahanan siber Anda.

1. API REST

API REST (Representational State Transfer) menggunakan protokol HTTP standar dan metode seperti GET, POST, PUT, dan DELETE untuk berinteraksi dengan sumber daya. Namun, kesederhanaan ini juga membuka peluang bagi berbagai jenis serangan.

a. Injection Attack

Serangan injeksi terjadi ketika penyerang menyisipkan kode berbahaya ke dalam input yang kemudian diproses oleh server. Jenis serangan ini mencakup:

  • SQL Injection: Memanfaatkan celah pada query SQL untuk mengakses atau memodifikasi data tanpa izin.
  • Command Injection: Menjalankan perintah sistem yang tidak sah melalui aplikasi yang rentan.

Contoh kasus: Pada tahun 2022, sebuah perusahaan telekomunikasi besar di Australia mengalami kebocoran data hampir 10 juta pelanggan akibat serangan API yang mengekspos informasi sensitif seperti nama, nomor telepon, detail paspor, dan SIM.

b. Broken Authentication

Autentikasi yang lemah atau salah konfigurasi dapat dieksploitasi melalui:

  • Brute Force Attack: Penyerang mencoba berbagai kombinasi kata sandi hingga menemukan yang benar.
  • Credential Stuffing: Menggunakan kredensial yang bocor dari layanan lain untuk mengakses akun.

API yang tidak menerapkan mekanisme autentikasi yang kuat rentan terhadap serangan semacam ini.

c. Excessive Data Exposure

Endpoint API yang tidak difilter dengan baik dapat mengembalikan data lebih dari yang diperlukan, seperti:

  • Informasi Pribadi: Data pengguna yang seharusnya dirahasiakan.
  • Detail Internal: Struktur database atau konfigurasi sistem yang sensitif.

Paparan data berlebihan ini dapat dimanfaatkan oleh penyerang untuk mencuri informasi atau merencanakan serangan lanjutan.

2. GraphQL

GraphQL adalah bahasa kueri untuk API yang dikembangkan oleh Facebook pada tahun 2012 dan menjadi sumber terbuka pada tahun 2015. 

GraphQL didefinisikan oleh skema API yang ditulis dalam bahasa definisi skema GraphQL. Setiap skema menentukan jenis data yang dapat diminta atau dimodifikasi oleh pengguna, serta hubungan antara jenis-jenis tersebut.

a. Over-fetching and Under-fetching

Fleksibilitas GraphQL memungkinkan klien untuk menentukan data yang dibutuhkan, tetapi juga dapat menyebabkan:

  • Over-fetching: Mengambil lebih banyak data dari yang diperlukan, meningkatkan risiko eksposur informasi sensitif.
  • Under-fetching: Mengambil terlalu sedikit data, yang dapat menyebabkan permintaan tambahan dan meningkatkan beban server.

Masalah ini dapat diatasi dengan implementasi kueri yang persisten, cache respons, dan cache sisi server, yang dapat mengurangi tantangan ini dan mempermudah upaya penyimpanan cache yang lebih luas dalam arsitektur GraphQL.

b. Denial of Service (DoS)

Karena fleksibilitas kueri GraphQL, penyerang dapat mengirimkan kueri yang kompleks atau berulang untuk membebani server, menyebabkan:

  • Resource Exhaustion: Menghabiskan sumber daya server hingga tidak dapat melayani permintaan yang sah.
  • Service Downtime: Mengakibatkan gangguan layanan bagi pengguna lain.

Sebelumnya pernah terjadi dimana sebuah perusahaan teknologi mengalami serangan DoS melalui GraphQL API mereka, di mana penyerang mengirimkan kueri rekursif yang menyebabkan server crash dan downtime selama 48 jam.

 

Teknik Terbaik untuk Validasi Input, Autentikasi, dan Otorisasi API

Melindungi API dari eksploitasi memerlukan pendekatan proaktif. Berikut adalah beberapa teknik terbaik yang dapat Anda terapkan:

1. Validasi Input

Validasi input adalah langkah pertama untuk mencegah serangan seperti injection dan script hijacking.

  • Gunakan Whitelisting: Batasi input hanya pada data yang diizinkan.
  • Validasi di Server: Jangan hanya mengandalkan validasi di sisi klien, karena ini mudah diabaikan oleh penyerang.
  • Gunakan Library Keamanan: Manfaatkan library yang sudah terbukti untuk memvalidasi input, seperti OWASP Input Validator.

2. Autentikasi API

Autentikasi yang kuat memastikan hanya pengguna atau sistem yang sah yang dapat mengakses API.

  • OAuth 2.0 dan OpenID Connect: Gunakan protokol ini untuk autentikasi berbasis token yang aman.
  • Rate Limiting: Batasi jumlah permintaan dari satu pengguna untuk mencegah brute force.

3. Otorisasi API

Otorisasi memastikan bahwa pengguna hanya dapat mengakses data yang sesuai dengan peran mereka.

  • Role-Based Access Control (RBAC): Terapkan kontrol akses berbasis peran untuk membatasi akses ke endpoint tertentu.
  • Scope Authorization: Gunakan scope untuk membatasi hak akses pada token autentikasi.

 

Strategi Mitigasi Risiko untuk Mengamankan API

Selain teknik validasi, autentikasi, dan otorisasi, berikut adalah strategi tambahan untuk mengamankan API Anda:

1. Enkripsi Data

Pastikan semua data yang ditransfer melalui API dienkripsi menggunakan protokol seperti TLS (Transport Layer Security). Ini akan melindungi data dari penyadapan selama transmisi.

2. Implementasi API Gateway

API gateway bertindak sebagai lapisan perantara antara klien dan server API. Fitur seperti logging, monitoring, dan filtering dapat membantu mendeteksi aktivitas mencurigakan.

3. Pengujian Keamanan API

Lakukan pengujian secara rutin menggunakan alat seperti OWASP ZAP atau Burp Suite untuk mengidentifikasi kerentanan.

4. Penerapan WAF (Web Application Firewall)

Gunakan WAF untuk memblokir permintaan berbahaya secara otomatis sebelum mencapai API Anda.

5. Monitoring dan Logging

Pantau semua aktivitas API secara real-time. Implementasi logging yang baik membantu Anda mendeteksi serangan lebih awal dan menganalisis pola serangan untuk pencegahan di masa depan.

 

R17: Pastikan Jaringan Perusahaan Anda Aman

Dalam menghadapi berbagai ancaman siber, memiliki mitra yang andal dan berpengalaman di bidang keamanan siber sangat penting. R17 adalah penyedia solusi cybersecurity terpercaya yang menawarkan layanan komprehensif untuk melindungi aset digital bisnis Anda. 

Dari konsultasi keamanan, manajemen risiko, hingga solusi keamanan terintegrasi, R17 menyediakan perlindungan berlapis untuk memastikan keamanan digital perusahaan Anda. Jangan biarkan bisnis Anda menjadi korban serangan siber. Hubungi kami hari ini untuk konsultasi dan lihat bagaimana R17 dapat melindungi aset digital Anda, memastikan bisnis Anda tetap aman dan berkelanjutan di era digital ini.